Selanjutnya
ada teman terbaik saya yang lain yaitu Eka. Eka bernama lengkap Eka Sofiawati
Putri. Eka asli dari Padang namun dia lahir di Sukabumi dan menetap di dekat
kampus saat jadwal kuliah berjalan. Namun terkadang ia pulang ke Sukabumi untu
bertemu dengan orang tuanya. Eka merupakan mahasiswa fullbright bidang akademik
di angkatan kami. Dia termasuk salah satu mahasiswa yang pintar namun tidak
sombong. Selain itu ia suka bertanya ataupun debat mengenai mata kuliah di
kelas. Sifatnya supel dan mudah bergaul sehingga teman-temannya sangat banyak.
Hampir di setiap jurusan ia mempunyai teman. Dan saya juga banyak mendapatkan
teman karena dikenalkan oleh Eka. Namun, dia mempunyai sifat yang manja dan
keras kepala. Sehingga ia tidak mudah untuk mengalah kepada orang lain. Ia
selalu curhat apabila sedang ada masalah sebaliknya pula dengan saya.
Selain Eka, adapula Sinta. Sinta
Arum Fatimah nama lengkapnya. Sinta ini terkenal di angkatan kami sebagai
fashionista. Ia tertarik untuk mencoba berbagai mode pakaian dan gaya bermake
up, bahkan sepatu dan tas. Uang yang dikeluarkan pun cukup mahal juga untuk
membeli semua kebutuhannya. Karena memang terobsesi dengan model ia menjadi
seperti itu. Namun, ia royal kalau soal makanan. Haha. Namun, terkadang ia
menjadi sedikit sombong apabila bercerita mengenai baju barunya, sepatu bahkan
tasnya. Ia juga suka sekali memakai pakaian yang sexy apabila ingin kuliah.
Sehingga anak lelaki yang melihat dia selalu saja mencari kesempatan di dalam
kesempitan. Tubuh tidak terlalu tinggi dan badan juga tidak terlalu kurus
sehingga menjadi tubuh idaman setiap laki-laki. Adapula sifat Sinta yang lumayan menjengkelkan
yaitu kepo dan lemot. Setiap ada orang yang berbicara mengenai sesuatu maka dia
penasaran dan ingin tau tentang pembicaraan tersebut. Selain itu, jika ada yang
menjelaskan terkadang suka lemot dan gak nyambung.
Kemudian Nasya Septania. Saat
awal-awal masuk kuliah, dosen sering sekali salah memanggil nama lengkapnya
yaitu Nasya Septiana. Dan kalau sudah begitu ia selalu protes bahwa namanya
salah dan beralasan kalau nanti dapat ijazah namanya akan berbeda. Selain itu
ia tidak mau dipanggil dengan sebutan kakak, padahal umurnya lumayan jauh rentangnya dengan kami. Sifatnya
baik, namun terkadang ia ingin dilihat orang bahwa dia tidak kekurangan apapun.
Kemudian dia juga sering berkomentar apabila ada sesuatu yang ia kurang suka,
sehingga sering kali ia berselisih pendapat dengan teman lelaki seangkatan
kami. Perawakan tubuhnya tinggi besar,
hampir seukuran badan Emil. Namun, jika ia dibilang hampir sama dengan Emil,
dia akan menolak karena katanya Emil masih “lebih” dari dia. Orangnya terkadang
sering minder dan tidak percaya diri. Mudah sakit hati, dan gamoang
terpengaruh. Terkadang jika ia menemukan orang yang badannya hampir seperti
dia, maka dia akan bertanya untuk membandingkan dirinya dengan orang tersebut.
Lalu ada Pita Cahyati. Pita
merupakan orang asli Sragen, dan dia menetap bersama ayahnya di daerah Tambun.
Ia masuk ke Komunikasi Unisma ini, karena disuruh oleh ayahnya yang kebetulan
kontrakan tempat mereka tinggal dekat dengan kampus. Logat bahasa Jawa Pita
masih sangat kental, jadi saat ia berbicara akan selalu kelihatan bahwa dia
adalah orang Jawa. Tubuhnya tinggi dan kurus, selain itu ia berkulit sawo
matang. Bicaranya lembut dan khas orang Solo, karena memang Sragen masuk daerah
Solo. Sifatnya baik, dermawan dan pintar. Kami baru-baru ini dekat karena
mengambil konsentrasi yang sama, namun saat jam-jam kosong di luar mata kuliah kami selalu pisah. Hal ini
dikarenakan Pita selalu pulang apabila jadwal mata kuliah sudah selesai,
berbeda dengan saya yang selalu berkumpul dengan anak-anak yang lain untuk
bermain. Pita berani untuk merantau bersama ayahnya karena di daerah rumahnya
tidak ada universitas yang ia segani, sehingga ia berkuliah di Unisma. Kalau
tiba saatnya libur kuliah, ia selalu pulang ke kampung halaman dan balik ke
Bekasi selalu telat dan hampir mendekati jadwal masuk kuliah.
-just my opinian
Komentar
Posting Komentar