By : Eva Erviana
Pengalaman
memang menjadi guru yang paling berharga. Tidak dapat dipungkiri, semua orang
pasti pernah belajar dari pengalaman. Hal yang serupa pun juga pernah dialami
oleh saya. Beberapa dosen yang mengajar saya saat ini mempunyai beberapa pengalaman yang sangat
bagus. Pengalaman-pengalaman tersebut sangat berharga bagi dirinya, mungkin
juga untuk saya. Saya sebenarnya kurang tertarik di bidang jurnalistik,
melainkan broadcast. Namun, saya memilih tantangan sebagai wartawan dibanding
berada di zona nyaman, seperti Humas.
Berbeda dengan Humas yang lebih
banyak belajar di dalam kelas. Jurnalistik mengakses luar ruangan sebagai
tempat belajar. Oleh karena itu, pengalaman menjadi guru terbaik daripada hanya
sekedar teori. Apalagi jika pengalaman tersebut dapat di bagikan kepada orang
lain agar lebih berharga. Tak hanya itu, cerita pengalaman dari orang lain
lebih mudah kita cerna dibanding teori. Tak hanya soal mata kuliah, soal
kehidupan pun kita akan lebih merasa sulit jika kita yang mengalaminya sendiri
dibanding mendengarkan cerita pengalaman dari orang lain. Contohnya saat kita
mencoba menghambur-hamburkan uang, pasti kita akan menyesali itu jika kita tahu
rasanya mendapatkan uang tersebut. Mungkin karena penyesalan juga datang di
akhir.
Pengalaman seorang wartawan juga
sangat menarik. Senang, sedih, hampir dibunuh, semua itu menjadi pelajaran berharga
saat meliput. Ini tidak akan dirasakan orang lain apabila kita tidak
mengalaminya. Maka dari itu, sebagian besar wartawan yang profesional menjadi
besar seperti dosen-dosen yang mengajar saya.
Komentar
Posting Komentar