BEBAN SEBAGAI MAHASISWA

Oleh : Eva Erviana 
                

Menjadi anak kuliah ternyata tak semudah seperti pikiran orang-orang. Banyak orang yang berpikiran bahwa menjadi anak kuliah atau mahasiswa bisa santai, malas-malasan, dan bersenang-senang. Tetapi berbeda sekali dengan pendapat saya. Saya sangat tidak menyetujui tentang pemikiran itu. Mahasiswa menurut saya sama saja seperti orang yang bekerja setiap hari. Mereka juga lelah, tenaga terkuras bahkan bisa dibilang beban mental dan pikiran lebih berat drpd yang bekerja.
             
Hal ini yang sudah saya alami. Teman saya kebanyakan sudah bekerja dan mungkin karena lulusan dari SMK juga, jadinya lebih memilih bekerja. Kalau dipikir-pikir memang enak bekerja daripada kuliah, karena di setiap bulannya kita bisa dapat gaji, tapi kalau mahasiswa belum tentu bisa senang setelahnya. Tugas menumpuk pasti menjadi beban pikiran. Belum selesai yang satu, matkul yang lain biasa latah dan tugas bertambah lagi. Tak ada kata santai seperti perkataan banyak orang. Belum ditambah dengan berbagai macam eskull.
              
Eskull di jurusan Ilmu Komunikasi sangat banyak. Ada CEC (Comm English Corner), COC (Comm of Colege), Radio 45 Ilkom, dan HIMAKASI (Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi). Namun saat ini, HIMAKASI sedang vakum dikarenakan ketidak jelasan program serta Renstra. Koordinasi antara himpunan ini dengan dosen pun sulit oleh sebab terdahulu. Jujur saya tidak mengetahui penyebabnya,tapi akibatnya sampai merembet ke junior-juniornya. Sampai hari ini pun permasalahan tersebut belum terselesaikan, karena masing-masing pihak merasa gengsi.
                
Kembali ke topik selanjutnya. Karena berbagai macam eskull yang semuanya saya ikuti , beban itu menjadi bertambah. Apalagi anggotanya juga itu-itu saja bukan dari jurusan lain. Agak heran sebenarnya. Selain itu, nilai menjadi harga mati untuk mahasiswa. Sistem yang ada sejak zaman SD sampe menjadi mahasiswa tak ada perubahan. Jadi saya merasa sama saja dan tidak ada bedanya. Kita harus UTS dan juga UAS. Apabila gagal dalam 2 tes tersebut, siap-siap banyak matkul yang harus anda ulang di semester selanjutnya. Apalagi sistem penilaian dari tes tersebut cukup besar , yakni 30 dan 40 persen. Cukup membuat kulit cepat keriput karena stress. 
                
Tapi dari beban tersebut, akan cukup banyak waktu istirahat setelah tes tersebut. Namun itu hanya akan terjadi setelah tes UAS. Sekitar 1 bulan,kita bisa merelaxkan tubuh.  Bagi sebagian orang enak, tapi tidak seperti itu. Kita pasti akan dilanda kejenuhan dan ingin bertemu dengan teman-teman di kampus. Yang jelas, beban sebagai mahasiswa itu saya ingatkan tidak lah mudah, pikiran dan mental lebih dikuras daripada orang yang sudah bekerja. Karena orang yang bekerja hanya tenaga yang dikeluarkan untuk pikiran cukup minim dan tidak pusing. 

Komentar